Kamis, 28 Mei 2015

Pentingnya Menyembunyikan AMAL IBADAH



Bismillahirrahmannirrahiim..

Sedikit berbagi tentang "Adab untuk mencapai kesempurnaan dalam ibadah".

Sebuah kebaikan tidak akan sempurna sampai kita melakukannya dengan 3 perkara, yaitu :
  1. menganggap remeh/kecil/kerdil bahwa setiap amalan yg kita kerjakan itu kita anggap kecil. segala kemampuan kita letakkan di pelupuk mata kita bahwa itu kecil maka kita akan sukses di depan Allah Ta'ala. Kita akan senantiasa mencari kesempurnaan di dalam ibadah karena ketika ketika menganggap itu kecil maka kita akan senantiasa berusaha memperbesar ibadah kita. Namun ketika kita menganggap itu banyak maka kita akan mengurangi tensi ibadah kita karena sudah merasa amal ibadah banyak.
  2. Al Abbas bin Abi Muthalib berkata: "Sembunyikan amal ibadah kita kecuali dalam rangka syiar atau amal ibadah tsb termasuk syiar seperti adzan, shalat 5 waktu berjamaah di masjid bagi laki2, shalat jumat, shalat id, atau dalam rangka berdakwah kita perlihatkan sedekah kpd anak kita agar dia termotivasi. Namun jika itu bukan syiar dan itu bukan dalam rangka berdakwah atau menolak fitnah, maka hukum asalnya kita sembunyikan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda dalam hadits yg dikeluarkan oleh Imam Al Khatib dalam kitab Tarikh nya: "Barangsiapa di antara kalian yg mampu menyembunyikan amal ibadanya yg mampu merahasiakan amal ibadahnya maka lakukanlah rahasiakan amal ibadah tersebut."

Pastikan jangan sampai ada orang yang mengetahui sehebat apa tahajud yg kita lakukan, sebanyak apa sedekah yg kita keluarkan, sembunyikanlah. Kita tidak akan mencapai kesempurnaan ibadah sampai kita menutupinya dari pandangan manusia.

Allah Ta'ala berfirman di dalam surah Al Baqarah ayat 271:

إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah: 271)

Dari ayat ini, hukum asalnya maka apabila amal-amal itu ikhlas. Maka amal yg ikhlas dan tersembunyi maka pahalanya lebih besar daripada yg ikhlas namun nampak dari manusia.

Sembunyikanlah amal-amal ibadah kita sebagaimana kita menyembunyikan dosa-dosa kita.
Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa menyembunyikan amal shalih itu lebih ditekankan daripada menyembunyikan dosa atau aib-aib kita.

Masih ingatkah kita dengan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?? dimana pada hari itu tidak ada naungan selain dari Allah, salah satu di antaranya adalah seseorang yg bersedekah lalu ia sembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya.

Sembunyikan amal ibadah Anda dari mata manusia termasuk orang-orang terdekat Anda yg selama ini selalu bersama Anda, seperti analogi tangan kanan dan tangan kiri.
Dimana ada tangan kanan disitu ada tangan kiri. Bahkan kedekatan tangan kanan dengan tangan kiri lebih dekat dari pasangan suami-istri,, sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangannya.

Paling tidak ada 1 saja ada amalan ibadah yang kita andalkan yang tidak ada yang tahu kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rutinkan amalan tersebut. Misalnya berdzikir, baca Al Qur'an, istighfar 100 kali dan sebagainya, hanya Allah dan kita yang tahu. Kalau kita bisa lakukan maka lakukanlah. Setiap hari ada kesempatan untuk menyembunyikan amalan kita.

Kemudian kata Rasulullah Shallallahu 'alayhi wassalam, dari 7 golongan tersebut, yang mendapat naungan dari Allah, yang terakhir adalah seseorang yang berdzikir kepada Allah seorang diri lalu tanpa terasa air matanya menetes.

Bahkan Hasan Al Bashri pun pernah menasihati bahwa jika kita sedang berdzikir atau membaca Al Quran atau mendengar kajian di tempat umum lalu kita ingin menangis, maka bangkitlah dari tempatmu lalu cari tempat yang kosong lalu menangislah hanya di hadapan Allah Ta'ala.

Dalam Q.S At Taubah 105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Oleh karena itu sembunyikanlah amal ibadah kita, yang penting Allah tahu, bukan manusia yg tahu, bukan teman kita yang tahu. Bukankah Allah memotivasi kita dalam ibadah bahwa Allah Maha Tahu??? Yang penting kan Allah Tahu, Sang Pencipta kita tahu. Manusia tidak perlu tahu. Bagi orang beriman, cukuplah Allah Melihat.

"Barangsiapa yang mencintai Allah maka dia akan punya hasrat jangan sampai amal ibadah ia diketahui manusia."

Bahkan ketika kita kita cinta dengan pasangan kita (isteri/suami), pada saat berdua-duaan bukankah kita tidak ingin dlihat orang? mendapat tempat yang private bukan? sangat menginginkan memiliki waktu berduaan dengan pasangan sebagaimana pasangan yang saling mencintai. Tidak ingin ada orang lain yang melihat ketika sedang bermesraan. Begitu pula ketika hanya kita dan Allah yang tahu ketika ketika melakukan ibadah yang tahu hanya Allah dan hamba Nya itu. 

Dan ketahuilah apabila seluruh manusia bersepakat memberi manfaat kepada Anda maka tidak akan berhasil jika Allah tidak mentakdirkan. Hanya Allah yang bisa memberi mudharat dan manfaat kepada manusia. Mau dipuji sebanyak apapun, disanjung seperti apapun tidak akan mengubah takdir.

Ketika kita melakukan ibadah yang wajib dan sunnah itu berarti kita melakukan pendekatan dengan Allah (Ta'aruf), ia ingin berkhalwat dengan Allah.

"Barangsiapa mencintai Allah maka ia akan berhasrat akan amal ibadahnya tidak ingin diketahui manusia."

Ketika tak seorang manusia mengetahui amalan ibadah kita maka itu lebih baik bagi kita. Sebab ketika kita mendapat pujian dari manusia itu bisa merusak kualitas amal-amal kita karena pujian itu mematikan, pujian itu membahayakan hidup kita di dunia dan akhirat karena akan terbuka pintu riya dan pintu sum'ah. Noda-noda keikhlasan yang bernama riya' (memperlihatkan amalan kita agar orang memuji kita) dan sum'ah (memperdengarkan amalan agar diketahui pihak lain dan pihak lain memuji kita).

Sembunyikan amal ibadah kita,, sembunyikanlah..

Dengan ikhlas yang sempurna maka pahalanya juga akan sempurna..

Semoga bermanfaat. Jazakumullahu khairan!!






Selasa, 26 Mei 2015

Cinta part 1





Kedudukan seorang hamba yang dicintai Allah, derajatnya lebih tinggi dan mulia di sisi Allah daripada seorang hamba yang mencintai Allah. Maka, yang menjadi tujuan bukanlah engkau mencintai Allah, melainkan bagaimana agar Allah mencintaimu.

Cinta itu tumbuh dan tidak kering. Bertambah kebeningan dan kejernihannya jika untuk dan karena Allah.

Cinta yang terpuji adalah cinta yang memberikan manfaat kepada orang yang merasakan cinta itu untuk kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Cinta inilah yang menjadi asas kebahagiaan. Sedangkan cinta bencana adalah cinta yang membahayakan pelakunya di dunia maupun akhirat dan membawanya ke pintu kenistaan serta menjadikannya asas penderitaan dalam jiwanya.

Ibnu Qayyim rahimahullâh dalam kitab ad-Dâ' wa ad-Dawâ' (Penyakit dan Obat): “Cinta membangkitkan jiwa dan menata prilaku. Mengungkapkannya adalah suatu kewajaran dan memendamnya menjadi beban.” Lalu, beliau berkata: “Mereka berucap: ‘Kita tidak memungkiri kerusakan cinta jika terbumbui oleh perbuatan tercela kepada sesama makhluk. Yang kita dambakan adalah cinta suci dari seorang laki-laki idaman yang selalu komitmen kepada agama, kehormatan, dan akhlak. Jangan sempat cinta itu menjadi jurang pemisah antara menusia dengan Khaliq-nya dan menyebabkan antara pecinta dengan yang dicintainya jatuh ke dalam perbuatan nista.

Cinta adalah tempat persinggahan yang menjadi ajang perlombaan bagi orang-orang yang bersaing, jadi sasaran mereka beramal, menjadi curahan yang mencinta, dengan sepoi angin cinta, para hamba yang beribadah merasakan ketenangan.

Cinta adalah santapan hati, gizi dan kegemaran jiwa. Cinta ibarat kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya tak ubahnya jasad tak bernyawa. Cinta adalah pelita. Siapa yang tidak menjaganya, dia ibarat tengah berada di lautan yang gelap gulita.

Cinta adalah obat penawar. Siapa yang tak memilikinya, hatinya dihinggapi beragam penyakit. Cinta adalah kelezatan. Siapa yang tidak merasakannya, maka seluruh hidupnya diwarnai gelisah dan penderitaan.






Senin, 25 Mei 2015

Jangan Tajassus !!!

Allah jalla wa ‘ala berfirman,
وَلَا تَجَسَّسُوا
“Janganlah kalian ber-tajassus (mencari-cari kejelekan orang lain).” [Al-Hujurat: 12]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
أي لا تسألوا عن السر
“Maknanya: Janganlah bertanya (untuk mencari-cari aib) yang tersembunyi.” [Fathul Baari, 1/96]
Asy-Syaikh Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata,
أي: لا تفتشوا عن عورات المسلمين، ولا تتبعوها، واتركوا المسلم على حاله، واستعملوا التغافل عن أحواله التي إذا فتشت، ظهر منها ما لا ينبغي.
“Maknanya: Janganlah kalian memeriksa dan mencari-cari aib-aib kaum muslimin, biarkanlah seorang muslim sesuai kondisinya dan hendaklah menutup mata dari kondisi-kondisinya yang apabila engkau memeriksanya, nampak darinya apa yang tidak sepatutnya.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 801]
AGUNGNYA KEHORMATAN SEORANG MUSLIM MELEBIHI KAKBAH MAKA JANGANLAH ENGKAU MEMBURU DAN MENGOLEKSI AIB SAUDARAMU:
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَا هُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling dengki, janganlah saling melakukan najasy (menawar suatu barang dengan harga yang tinggi padahal tidak niat membelinya tetapi hanya untuk memancing orang lain agar menawar dengan harga yang lebih tinggi), janganlah saling membenci, janganlah saling mencari-cari kejelekan, janganlah saling membelakangi, janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, maka janganlah menzaliminya, janganlah menghinanya, (dalam riwayat At-Tirmidzi: janganlah mengkhianatinya dan janganlah berdusta kepadanya) dan janganlah merendahkannya.
Ketakwaan itu di sini, seraya beliau menunjuk ke dadanya tiga kali. Cukuplah seorang muslim dikatakan jelek apabila dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan mengganggu darah, harta, dan kehormatan muslim lainnya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Sahabat yang mulia Ibnu Umar radhiyallaahu’anhuma berkata,
صَعِدَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرَ فَنَادَى بِصَوْتٍ رَفِيعٍ ، فَقَالَ : يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ ، لاَ تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ
قَالَ : وَنَظَرَ ابْنُ عُمَرَ يَوْمًا إِلَى البَيْتِ أَوْ إِلَى الكَعْبَةِ فَقَالَ : مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ ، وَالمُؤْمِنُ أَعْظَمُ حُرْمَةً عِنْدَ اللهِ مِنْكِ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah naik mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang, beliau bersabda:
“Wahai orang yang baru masuk Islam dengan lisannya, sedang iman belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah merendahkan mereka, dan janganlah mencari-cari aib-aib mereka, karena sesungguhnya, barangsiapa yang mencari-cari aib saudara muslimnya maka Allah akan mencari-cari aibnya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari aibnya niscaya Allah akan menyingkap kejelekannya walaupun terdapat di dalam rumahnya.”
Suatu hari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma melihat kakbah, lalu beliau berkata: Betapa agungnya dirimu wahai kakbah, dan betapa agungnya kehormatanmu, akan tetapi seorang mukmin lebih mulia darimu di sisi Allah ta’ala.” [HR. At-Tirmidzi, Shahihut Targhib: 2339]
KEUTAMAAN MENUTUPI AIB SEORANG MUSLIM:
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

#REPOST