Minggu, 22 November 2015

SEMANGAT DI DALAM MENCARI ILMU

Kalimat tauhid adalah dasar mutiara islam yang paling utama dan pangkal dari segala sifat-sifat kemuliaan. Segala amal kebajikan tidak akan diterima tanpa kemuliaan kalimat ini. Oleh karena itu, para sahabat pada zaman permulaan islam telah mengorbankan hampir seluruh tenaga dan upaya mereka untuk mensyiarkan kalimat tauhid ini dan menentang dengan gigih terhadap semua pihak yang mencoba menghalangi mereka. Walaupun mereka harus menyebrangi lautan dan menghadapi ganasnya peperangan sehingga hanya memiliki sedikit waktu untuk menelaah dan mempelajari secara mendalam ilmu pengetahuan agama. Meskipun demikian, mereka sangat menyadari betapa pentingnya mendalami lautan ilmu pengetahuan agama itu. Sehingga kegigihan semangat mereka telah mewarisi kita mutiara-mutiara pengetahuan yang mengupas isi kitab suci Al Qur’an dan kitab hadits.
Para sahabat dahulu hanya memiliki sedikit waktu untuk memperdalam ilmu agama karena mereka sibuk dalam berbagai peperangan ketika islam baru muncul. Ketika jumlah pemeluk islam berkembang dengan pesatnya, maka Allah Jalla Jallaluh menurunkan ayat-ayat Al Qur’an berikut ini:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Artinya: "Tidak seharusnya semua orang mu'min itu berangkat ke medan perang. mengapa tidak berangkat satu rombongan dari tiap golongan untuk memperdalam ilmu agama agar mereka dapat memberikan peringatan (pelajaran) kepada kaumnya apabila mereka sudah kembali. Mudah-mudahan mereka (kaumnya itu) waspada." (Qs. at Taubah [9]:122)

Abdullah bin abbas radiyallahu anhu menerangkan, "sesungguhnya lembaran ayat-ayat suci Al Qur'an yang diwahyukan pada zaman permulaan islam itu adalah menyeru setiap mu'min agar keluar di jalan Allah Ta'ala. Misalnya pada (Qs. at Taubah[9]:41) 

 انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Qs. at Taubah[9]:41) 

dan pada Qs. at Taubah [9]:39

إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: "Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Qs. at Taubah [9]:39)

Ketentuan dari ayat-ayat di atas kemudian diubah dengan turunnya ayat yg menasihati supaya hanya sebagian saja yg meninggalkan tempat tinggal mereka. 

Kalangan sahabat pada waktu itu sangat sedikit jumlahnya sehingga mereka terpaksa memegang semua tanggung jawab dalam segala aspek agama islam. Dengan limpahan rahim Allah Ta'ala memberikan kepada setiap kumpulan dari kalangan para sahabat tugas yang sesuai dengan diri mereka masing-masing.

Setelah berlalunya zaman sahabat, nur Islam telah terpancar jauh dan meluas, dan jumlah pemeluk islam berkembang demikian pesatnya, para penerus islam tidak lagi memiliki kemampuan seperti para sahabat. Maka itu, Allah Ta'ala memilih segolongan dari mereka untuk memperdalam kajian-kajian islam. Golongan para Muhadditsin telah mengorbankan waktunya untuk mengumpulkan dan menyebarkan hadits-hadits. Begitu pula golongan Fuqaha (ahli hukum fiqih), Sufia (ahli ilmu dzikir), Qurra (ahli ilmu baca Al Qur'an), Mujahidin (pejuang-pejuang di jalan Allah), dan sebagainya. Jadi setiap golongan itu mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu. Langkah-langkah memperdalam ilmu itu harus terus diperkuat sesuai dengan bidangnya masing-masing, karena seorang yang ahli dalam satu bidang akan sulit untuk menjadi ahli dalam bidang yang lain. Hanya para Rasul Allah terutama Muhammad shollallahu 'alayhi wassalam penghulu para Rasul yang dikaruniai kemampuan seperti itu.

sumber:
#himpunan kitab fadhilah a'mal 
#hikayat para sahabat hal.522
maulana muhammad zakariyya al-kandhalawi